Rabu, 19 Oktober 2022

profile ku

 



Imam Nawawi, S.Pd, M.Pd

Bekerja di SMA Negeri 15 Samarinda

Dosen IKIP PGRI Kaltim Program Studi Pendidikan Ekonomi

Penulis lahir di Desa Jati Kelurahan Katerban Kecamatan Baron Kabupaten Nganjuk Provinsi Jawa Timur, pada tanggal 05 Mei 1987. Dari orang tua ayahanda yang bernama Nuryani (alm) dan Ibunda Siti Nuroh (alm) sebagai anak ke dua dari adik Miftahus Saadah. Pendidikan di mulai dari TK Al-Khoiriyah desa Jati (lulus tahun 1993), melanjutkan ke Madrasah Ibtidaiyah Negeri Al-Khoiriyah desa jati (lulus tahun 2000) dan Mts Al-Khoiriyah desa Jati (lulus tahun 2003) dan SMK Negeri 1 Nganjuk Jurusan RPL (lulus tahun 2006), pada tahun 2009 masuk perguruan tinggi Universitas Mulawarman Samarinda Kalimantan Timur di Fakultas Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan (lulus tahun 2012) dan pada tahun 2019 masuk perguruan tinggi Universitas Mulawarman S2 Program Studi Magister Manajemen Pendidikan (lulus pada tahun 2021) .

Menikah dengan Marlina di Kalimantan Timur dengan suku Kutai pada tahun 2012, pada tahun 2015 dikaruniai anak perempuan pertama Nur Syafina Azzahra Annawawi dan tahun 2021 anak kedua perempuan Nur Syafiqa Putri Azzahra Annawawi,

 Penulis Bekerja di salah satu Sekolah Negeri di Kota Samarinda serta di Perguruan Tinggi Swasta di Kota Samarinda IKIP PGRI Kalimantan Timur sebagai Staf Administrasi Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Olahraga dan Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi.

 

 

 

Kamis, 15 Oktober 2020

KONFLIK ORGANISASI

 

TUGAS MAKALAH

PERILAKU ORGANISASI

Dr. Warman, M.Si

 

MATERI

KONFLIK DAN NEGOSIASI



 KELOMPOK III

1.         Imam Nawawi               1905148047

2.         Mustika                         1905148047

3.         Dedi  Kurniawan          1905148047

4.         Lita Yau                        1905148047

 

 

PROGRAM MEGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN

FKIP UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA


 



KATA PENGANTAR

 Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan karunia dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah berjudul, “Konflik dan Negosiasi”. Tak lupa shalawat serta salam, semoga selalu tercurahkan kepada Nabi besar kita Nabi Muhammad SAW, para keluarganya,

Makalah ini merupakan tugas yang disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Perilaku Organisasi di Program Studi Megister Manajeen Pendidikan Universitas Mulawarman. Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak mendapatkan kendala, namun berkat bantuan dari banyak pihak dalam bentuk motivasi pengarahan maupun informasi maka makalah ini dapat diselesaikan.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, yaitu:

1.      Kedua orang tua dan seluruh anggota keluarga penulis yang selalu memberikan bantuan dan dukungan.

2.      Dr. Warman, M.Si selaku dosen mata kuliah Perilaku Organisasi yang telah memberikan ilmu dan pengabdian terbaiknya.

3.      Seluruh teman-teman penulis yang sudah mengisi hari-hari penulis dan memberi motivasi dan bantuannya.

Dengan segala kerendahan hati, penulis siap menerima saran maupun kritik yang konstruktif dari siapapun. Walaupun makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.

 

 

DAFTAR ISI

 

HALAM JUDUL.................................................................................................

KATA PENGANTAR........................................................................................

DAFTAR ISI.......................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A.           Latar Belakang........................................................................................

B.            Rumusan Masalah...................................................................................

C.            Tujuan.....................................................................................................

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A.           Apa Yang Dimaksud Dengan Konflik ...................................................

B.            Bagaimana Pandangan Tentang Konflik ...............................................

C.            Bagaimana Janis Dan Faktor Penyebab Terjadinya Konflik .................

D.           Bagaimana Proses Konflik ....................................................................

E.            Bagaimana Hubungan Konflik Dengan Kinerja ....................................

F.             Strategi Manajemen Konflik..................................................................

G.           Apa Pengertian Dari Negosiasi ..............................................................

H.           Bagaimana Tahap Untuk Melakukan Negosiasi ....................................

BAB III PENUTUP

A.         Kesimpulan.............................................................................................

B.         Saran.......................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................

 

BAB I

PENDAHULUAN

A.           Latar Belakang

Manusia merupakan mahluk hidup yang tidak terlepas dari ketergantungan dengan manusia lain didalam suatu masyarakat atau sering disebut sebagai mahluk sosial. Setiap individu memiliki ciri khas yang dibawa dalam suatu interaksi sosial dengan anggota masyarakat. Kekhasan suatu individu dapat menjadi suatu yang positif, yaitu menciptakan peluang maupun suatu yang negatif, yaitu hambatan dalam suatu masyarakat. Peluang dan hambatan tersebut muncul ketika anggota masyarakat menetapkan tujuan-tujuan yang dianggap baik di masyarakat tersebut. Individu yang memiliki ciri khas yang sesuai dengan tujuan maka dianggap memberikan pengaruh yang positif sedangkan individu yang memiliki ciri khas yang tidak sesuai dengan tujuan akan dianggap memberikan pengaruh yang negatif pada anggota masyarakat lainnya.

Perilaku organisasi merupakan suatu bidang studi yang menyelidiki pengaruh yang dimiliki individu, kelompok, dan struktur terhadap perilaku dalam organisasi yang bertujuan menerapkan ilmu pengetahuan guna meningkatkan keefektifan suatu organisasi (Robbins, 2008). Salah satu bentuk hambatan yang ada didalam organisasi adalah konflik yang disebabkan ketidakselarasan perilaku dari individu, kelompok dan struktur dalam suatu organisasi. Namun konflik juga dapat menjadi suatu peluang dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan lebih efektif dan efisien sehingga organisasi tidak bersifat statis.

Konflik yang dapat menjadi peluang dalam organisasi mampu menimbulkan perpecahan apabila konflik tersebut tidak terkontrol. Maka, diperlukan proses negosiasi dalam suatu konflik sebagai bentuk kelanjutan kerjasama dalam mencapai tujuan organisasi. Selain itu, konflik dan negosiasi dalam suatu organisasi akan diatur oleh manajer dalam menjalankan fungsinya, yaitu leadership atau pemimpinan sehingga impilkasi dari konflik dan negosiasi perlu untuk diketahui untuk tetap menjaga integrasi suatu organisasi tetap terkontrol.

B.            Rumusan Masalah

1.             Apa yang dimaksud dengan konflik ?

2.             Bagaimana pandangan tentang Konflik ?

3.             Bagaimana janis dan faktor penyebab terjadinya konflik ?

4.             Bagaimana proses konflik ?

5.             Bagaimana hubungan konflik dengan kinerja ?

6.             Strategi Manajemen Konflik

7.             Apa pengertian dari negosiasi ?

8.             Bagaimana tahap untuk melakukan negosiasi ?

C.           Tujuan

1.             Mengetahui apa yang dimaksud dengan konflik ?

2.             Mengetahui bagaimana pandangan tentang Konflik ?

3.             Mengetahui bagaimana janis dan faktor penyebab terjadinya konflik ?

4.             Mengetahui bagaimana proses konflik ?

5.             Mengetahui bagaimana hubungan konflik dengan kinerja ?

6.             Mengetahui strategi Manajemen Konflik

7.             Mengetahui apa pengertian dari negosiasi ?

8.             Mengetahui bagaimana tahap untuk melakukan negosiasi ?


BAB II

KAJIAN PUSTAKA 

A.           Pengertian Konflik

Menurut Robbins (2002), konflik adalah suatu proses yang dimulai bila satu pihak merasakan bahwa pihak lain telah mempengaruhi secara negative atau akan segera mempengaruhi secara negative pihak lain.

Menurut Sopiah (2008), konflik itu adalah proses yang dinamis dan keberadaannya lebih banyak menyangkut persepsi dari orang atau pihak yang mengalami dan merasakannya.

Menurut Suprihanto (2003), konflik adalah ketidak setujuan antara dua atau lebih anggota organisasi atau kelompok-kelompok dalam organisasi yang timbul karena mereka harus menggunakan sumber daya yang langka secara bersama-sama, atau menjalankan kegiatan bersama-sama, atau karena mereka mempunyai status, tujuan, nilai-nilai dan persepsi yang berbeda.

Mastenbroek dalam Soetopo  (2010), memandang konflik sebagai situasi di mana ketentuan tak berjalan, pernyataan ketidakpuasan, dan penciutan proses pembuatan keputusan.

Menurut Soetopo (2010), konflik adalah suatu pertentangan dan ketidakseusaian kepentingan, tujuan, dan kebutuhan dalam situasi formal, sosial, dan psikologis, sehingga menjadi antagonis, ambivalen, dan emosional.

Menurut Kreitner (2005), konflik adalah sebuah proses di mana satu pihak menganggap bahwa kepentingan-kepentingannya ditentang atau secara negative dipengaruhi oleh pihak lain.

Dari beberapa definisi di atas, dapat kita simpulkan bahwa konflik adalah suatu bentuk pertentangan yang terjadi antara dua pihak atau lebih di mana salah satu pihak merasa dirugikan atau dipengaruhi secara negative sehingga menimbulkan ketidakpuasan terhadap perilaku pihak lain. 

B.            Pandangan Tentang Konflik

Terdapat tiga sudut pandang atau pandangan terhadap konflik yang terjadi dalam organisasi, antara lain:

1.             Pandangan Tradisional

Pandangan tradisional menyatakan bahwa konflik dipandang sebagai sesuatu yang jelek, tidak menguntungkan, dan selalu menimbulkan kerugian dalam organisasi. Oleh karena itu konflik harus dicegah dan dihindari sebisa mungkin dengan mencari akar permasalahannya (Muhyadi dalam Soetopo, 2010).

2.             Pandangan Hubungan Kemanusiaan (Behavioral)

Pandangan ini menyatakan bahwa konflik merupakan peristiwa yang wajar dalam semua kelompok organisasi (Robbins, 2002) Menurut Soetopo (2010), tanpa diciptakan konflik mesti terjadi dalam organisasi. Atas dasar itu, konflik tidak selamanya merugikan, tetapi juga menguntungkan. Oleh sebab itu, konflik yang terjadi harus dikelola dengan baik.

3.             Pandangan Interaksi

Pandangan ini menganggap bahwa konflik dalam organisasi perlu diciptakan. Konfik bukan hanya suatu kekuatan positif dalam suatu organisasi tetapi juga diperlukan agar kinerja organisasi lebih efektif. Selain itu, organisasi yang tenang, harmonis, penuh kedamaian, maka kondisinya akan menjadi statis dan tidak inovatif. Akibat selanjutnya adalah organisasi tersebut tidak dapat bersaing untuk maju. 

C.           Jenis Dan Faktor Penyebab terjadinya konflik

Ditinjau dari segi fungsinya, ada dua jenis konflik, yaitu:

1.             Konflik Konstruktif

Adalah konflik yang memiliki nilai positif bagi pengembangan organisasi.

2.             Konflik Destruktif

Adalah konflik yang memiliki nilai negative bagi organisasi. Ditinjau dari segi instansionalnya, konflik terbagi menjadi tiga jenis, antara lain:

1)            Konflik kebutuhan individu dengan peranan dalam organisasi

2)            Konflik peranan dengan peranan

3)            Konflik individu dengan individu lain

Setiap orang memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi, sehingga sering kali berbenturan dengan peranan yang harus dijalankan dalam organisasi atau bahkan berbenturan dengan kebutuhan orang yang laiinya.

Ditinjau dari segi materi yang dikonflikkan, terdapat empat jenis konflik, yaitu:

1.             Konflik Tujuan

Konflik jenis ini terjadi jika ada 2 atau lebih tujuan yang kompetitif atau bahkan kontradiktif.

2.             Konflik Peranan

Peranan adalah konsep yang sangat penting dalam organisasi karena akan membantu memahami perilaku yang diharapkan dari pihak yang menduduki posisi tertentu dalam organisasi (Suprihanto, 2003). Konflik peranan timbul karena manusia memiliki lebih dari satu peranan dan setiap peranan tidak selalu memiliki kepentingan yang sama. Di sisi lain, banyaknya peranan dalam keseluruhan organisasi semakin membuka peluang munculnya konflik ini.

3.             Konflik Nilai

Menurut Milton Rokeach dalam Kreitner (2005), nilai adalah kepercayaan yang bertahan lama di mana model sikap khusus atau sifat-akhir eksistensi secara pribadi atau secara social lebih disukai daripada model sikap yang seballiknya atau yang bertentangan dengan sifat akhir eksistensi.

Konflik nilai muncul karena pada dasarnya nilai yang dimiliki setiap individu dan nilai yang dijunjung tinggi antar-organisasi tidak sama.

4.             Konflik Kebijakan

Dapat terjadi karena adanya ketidaksetujuan individu atau kelompok terhadap kebijakan yang disampaikan oleh pihak tertentu (Soetopo, 2010).

Sopiah (2008) membedakan konflik dalam beberapa perspektif, antara lain :

1.             Konflik Intraindividu

Konflik ini dialami oleh individu dengan dirinya sendiri karena adanya tekanan peran dan ekspektasi di luar berbeda dengan keinginan atau harapannya.

2.             Konflik Antarindividu

Konflik yang terjadi antarindividu yang berbeda dalam suatu kelompok atau antarindividu pada kelompok yang berbeda.

3.             Konflik Antarkelompok

Konflik yang bersifak kolektif antara satu kelompok dengan kelompok lain.

4.             Konflik Organisasi

Konflik yang terjadi antara unit organisasi yang bersifat struktural maupun fungsional.

Mastenbroek dalam Soetopo (2010), membagi konflik menjadi 4 jenis, antara lain:

1.             Instrumental Conflicts

Terjadi karena ketidaksepakatan komponen organisasi dan proses pengoperasiannya.

2.             Socio-emotional Conflicts

Konflik ini berkaitan dengan identitas, kandungan emosi, citra diri, prasangka kepercayaan, rasa terikat dan identifikasi terhadap kelompok, lembaga, dan lambang-lambang tertentu, sistem nilai dan reaksi satu dengan yang lain.

3.             Negotiating Conflicts

Adalah ketegangan-ketegangan pada waktu terjadinya proses negosiasi, misalnya pada waktu membagi barang, uang, fasilitas, wewenang.

4.             Power and Dependency Conflicts

Konflik kekuasaan dan kebergantungan berkaitan dengan persaingan dalam organisasi. 

D.           Proses Konflik

Menurut Robbins (2008), proses konflik dapat dipahami sebagai sebuah proses yang terdiri atas lima tahapan: potensi pertentangan atau ketidakselarasan, kognisi dan personalisasi, maksud, perilaku, dan akibat. TAHAP I : POTENSI PERTENTANGAN DAN KETIDAKSELARASAN

Tahap pertama adalah munculnya kondisi yang member peluang terciptanya konflik. Kondisi-kondisi tersebut juga bisa dianggap sebagai sebab atau sumber konflik. Kategori umumnya antara lain :

a.              Komunikasi

b.             Strukur

c.              variabel-variabel pribadi

TAHAP II : KOGNISI DAN PERSONALISASI

Tahap ini penting karena dalam tahap inilah biasanya isu-isu konflik didefinisikan. Pada tahap ini pula para pihak memutuskan konflik itu tentang apa. Konflik yang dipersepsi adalah kesadaran oleh satu atau lebih pihak akan adanya kondisi-kondisi yang menciptakan peluang munculnya konflik. Konflik yang dirasakan adalah keterlibatan dalam sebuah konflik yang menciptakan kecemasan, ketegangan, frustasi atau rasa bermusuhan.

TAHAP III : MAKSUD

Maksud adalah keputusan untuk bertindak dengan cara tertentu. Banyak konflik semakin rumit karena salah satu pihak salah dalam memahami maksud pihak lain. Di sisi lain, biasanya ada perbedaan yang besar antara maksud dan perilaku, sehingga perilaku tidak selalu mencerminkan secara akurat maksud seseorang.

 

TAHAP IV : PERILAKU

Pada tahap inilah konflik mulai terlihat jelas. Tahap perilaku ini meliputi pernyataan, aksi, dan reaksi yang dibuat oleh pihak-pihak yang berkonflik. Perilaku konflik ini biasanya merupakan upaya untuk menyampaikan maksud dari masing-masing pihak.

TAHAP V : AKIBAT

Jalinan aksi-reaksi antara pihak-pihak yang berkonflik menghasilkan konsekuensi.  Konsekuensi atau akibat ini bisa saja bersifat fungsional atau disfungsional. Dikatakan bersifat fungsional ketika konflik tersebut justru menghasilkan perbaikan kinerja kelompok, sedangkan disfungsional adalah ketika konflik tersebut menjadi penghambat kinerja kelompok. 

E.            Hubungan Konflik dengan kinerja

Untuk dapat mengetahui bagaimana pengaruh konflik terhadap kinerja perusahaan atau bagaimana konflik dapat bertindak sebagai kekuatan untuk meningkatkan kinerja organisasi atau perusahaan maka dapat di lihat melalui jenis-jenis konflik itu sendiri, yaitu:

1.             Konflik Fungsional,

a)             Konflik ini bersifat konstruktif, artinya :

Dapat memperbaiki kualitas keputusan yang diambil

Merangsang kreativitas dan inovasi

Mendorong perhatian dan keingintahuan diantara anggota

Menjadi saluran yang merupakan sarana penyampaian masalah dan peredaan ketegangan

b)            Konflik ini penangkal bagi pemikiran kelompok, artinya tidak memberi kesempatan suatu kelompok secara pasif menerima begitu saja keputusan-keputusan yang diambil, yang mungkin didasarkan pada asumsi yang lemah, atau tidak relevan.

c)             Konflik ini menentang status quo dan memunculkan atau menciptakan gagasan gagasan baru, mengadakan penilaian ulang terhadap sasaran dan kegiatan perusahaan/organisasi untuk mencapai perubahan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konflik fungsional:

a)             Mengurangi peluang bahwa pemikiran satu kelompok akan menguasai keputusan kebijakan yang diambil.( I.L.Janis, 1972).

b)            Homogenitas anggota organisasi/perusahaan dapat meningkatkan kreativitas, memperbaiki kualitas keputusan dan mempermudah terjadinya perubahan.(T.H.Cox and S.Blake, 1992).

c)             Keanekaragaman budaya angkatan kerja member manfaat pada perusahaan/ organisasi, karena akan menghasilkan gagasan yang lebih efektif dan lebih dapat diterapkan serta unik dan cenderung lebih berkwalitas.(R.L.Hoffman, 1961).

2.             Konflik Disfungsional

Seperti yang terungkap dalam definisi di atas, konflik ini terjadi karena adanya salah satu pihak yang tidak melakukan fungsi sebagaimana yang seharusnya.sehingga akan mengganggu /menghambat aktivitas secara keseluruhan dengan kata lain konflik ini  akan mengganggu kinerja perusahaan/organisasi secara keseluruhan.

Konsekwensi destruktif konflik ini pada kinerja organisasi adalah: (M.Geyelin and E.Felsenthal,1994)

a)                  Timbul oposisi yang tidak terkendali dan memunculkan ketidakpuasan, sehingga hilang rasa kebersamaan yang pada akhirnya dapat mendorong rasa untuk menghancurkan orang lain

b)                 Mengurangi efektivitas organisasi/perusahaan

c)                  Menghambat komunikasi

d)                 Mengurangi kekompakan anggota/karyawan

e)                  Dikalahkannya sasaran/kepentingan bersama, karena pertikaian antar anggota

f)                  Menghentikan berfungsinyakelompok berpotensi mengancam kelangsungan hidup kelompok/organisasi 

F.            Strategi Manajemen Konflik

Strategi manjemen konflik diterapkan untuk menjadikan konflik dan pemecahannya sebagai pendinamisasi dan pengoptimalan pencapaian tujuan organisasi. Gordon , Miftah  ( dalam Sopiah, 2008) mengemukakan secara umum bahwa strategi manajemen konflik adalah sebagai berikut:

1.             Strategi Menang-Kalah

Strategi ini ada kalanya pihak tertentu menggunakan wewenang atau kekuasaan untuk memenangkan/menekan pihak lain.

2.             Strategi Kalah-Kalah

Strategi ini dapat berupa kompromi, di mana kedua belah pihak berkorban untuk kepentingan bersama.

3.             Strategi Menang-Menang

Konflik dipecahkan melalui metode problem solving. Metode ini dianggap paling baik karena tidak ada pihak yang dirugikan. Scmuck (1976) menunjukkan bahwa: (1) Metode pemecahan masalah mempunyai hubungan positif dengan manajemen konflik yang efektif, (2) pemecahan masalah banyak dipergunakan oleh pihak-pihak yang memiliki kekuasaan tetapi lebih suka bekerja sama. 

G.           Pengertian Negosiasi

Adalah metode yang digunakan untuk menyelesaikan perbedaan, Negosiasi adalah proses mencapai kesepakatan yang bertujuan untuk menghindari pertengkaran dan perselisihan

Negosiasi menurut Ivancevich (2007) sebuah proses di mana dua pihak ( atau lebih ) yang berbeda pendapat berusaha mencapai kesepakatan. Menurut Sopiah (2008), negosiasi merupakan suatu proses tawar-menawar antara pihak-pihak yang terlibat dalam konflik. Sedangkan Robbins ( 2008) menyimpulkan negosiasi adalah sebuah proses di mana dua pihak atau lebih melakukan pertukaran barang atau jasa dan berupaya untuk menyepakati nilai tukarnya.

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa negosiasi adalah suatu upaya yang dilakukan antara pihak-pihak yang berkonflik dengan maksud untuk mencari jalan keluar untuk menyelesaikan pertentangan yang sesuai kesepakatan bersama.

 

H.           Tahab Untuk Melakukan Negosiasi

1.             Jenis Negosiasi

1.             Negosiasi Menang-Kalah ( Win-Lose )

Pandangan klasik menyatakan bahwa negosiasi terjadi dalam bentuk sebuah permainan yang nilai totalnya adalah nol ( zero sum game ). Artinya apapun yang terjadi dalam negosiasi  pastilah salah satu pihak akan menang, sedangkan pihak yang lainnya kalah, atau biasa dikenal dengan pendekatan distributif (ivancevich,2007).

2.             Negosiasi Menang-Menang ( Win-Win )

Pendekatan yang sama-sama menguntungkan, atau pendekatan integratif , dalam bernegosiasi memberikan cara pandang yang berbeda dalam proses negosiasi. Negosiasi menang-menang adalah pendekatan penjumlahan positif.  Situasi –situasi penjumlahan positif adalah pendekatan di mana setiap pihak mendapatkan keuntungan tanpa harus merugikan pihak lain ( Ivancevich, 2007).

Dalam konteks organisasi, negosiasi dapat terjadi antara dua orang ( seperti antara atasan dengan bawahan dalam menentukan tanggal penyelesaian proyek yang dilimpahkan kepada bawahan), dalam satu kelompok ( seperti pada kebanyakan proses pengambilan keputusan dalam kelompok), antarkelompok ( seperti yang terjadi antara departemen pembelian dan penyedia material mengenai harga, kualitas, atau tanggal pengiriman), melalui internet ( Ivancevich, 2007)

2.             Proses Negosiasi

1.             Tahap Persiapan (Preparation Stage)

Sebelum bernegosiasi, perlu untuk menentukan lokasi dan waktu pertemuan dan siapa yang harus menghadiri pertemuan negosiasi.

Membatasi skala waktu juga dapat membantu mencegah perselisihan yang sedang berlangsung. Tahap ini juga memastikan bahwa semua fakta terkait dengan situasi yang diketahui dan untuk mengklarifikasi posisi partai untuk bernegosiasi.

Mempersiapkan sebelum membahas masalah atau ketidaksetujuan akan membantu menghindari konflik lebih lanjut dan membuang waktu selama pertemuan. 

2.             Tahap Diskusi (Discussion Stage)

Pada tahap ini, setiap individu atau anggota dari masing-masing pihak akan mengajukan kasus untuk masalah mereka. Keterampilan yang dibutuhkan pada tahap ini adalah mengajukan pertanyaan, mendengarkan dan mengklarifikasi. Membuat catatan juga sangat membantu selama tahap diskusi, terutama pada poin yang diajukan dan poin yang perlu diklarifikasi.

3.             Tahap Klarifikasi Tujuan (Clarifying Goals Stage)

Tujuan, kepentingan, dan perspektif kedua pihak yang berselisih yang telah dibahas bersama perlu diklarifikasi sehingga dimungkinkan untuk membangun landasan bersama. Klarifikasi adalah bagian penting dari proses negosiasi sehingga tidak ada kesalahpahaman yang akan menyebabkan masalah dan hambatan untuk mencapai hasil yang menguntungkan kedua belah pihak.

4.             Bernegosiasi Bertuju pada Hasil yang Memenangkan (Negotiate Towards a Win-Win Outcome)

Tahap ini berfokus pada apa yang disebut sebagai hasil “menang-menang” atau “win-win” di mana kedua belah pihak merasa telah memperoleh sesuatu yang positif melalui proses negosiasi dan kedua belah pihak juga merasa bahwa sudut pandang mereka telah dipertimbangkan. Hasil menang-menang biasanya merupakan hasil terbaik. Meskipun ini tidak selalu terjadi atau tidak selalu memungkinkan, win-win harus menjadi tujuan akhir dari proses negosiasi. Saran untuk strategi alternatif dan kompromi perlu dipertimbangkan pada saat ini. Kompromi merupakan suatu alternatif yang positif yang seringkali dapat mencapai manfaat lebih besar bagi semua pihak dibandingkan dengan berpegang pada posisi semula.

5.             Perjanjian (Agreement)

Kesepakatan dapat dicapai setelah pemahaman tentang sudut pandang dan kepentingan kedua belah pihak telah dipertimbangkan. Sangat penting bagi setiap orang yang terlibat untuk tetap berpikiran terbuka untuk mencapai solusi yang dapat diterima oleh mereka yang memiliki perbedaan. Kesepakatan apa pun harus dibuat sedemikian jelas sehingga kedua belah pihak tahu apa yang telah diputuskan.

6.             Melaksanakan Tindakan dari Hasil Perjanjian

Dari perjanjian yang disepakati, tindakan harus diambil untuk mengimplementasikan keputusan perjanjian.

3.             Negosiasi Menggunakan Pihak Ketiga

Pihak ketiga dilibatkan saat pihak-pihak yang bernegosiasi mengalami jalan buntu,adakalanya pihak ketiga sengaja dilibatkan sejak awal proses negosiasi. Dalam keadaan apapun, negosiasi yang melibatkan pihak ketiga semakin banyak digunakan.

Ivancevich( 2007:63) salah satu tipologi menyebutkan setidaknya terdapat empat macam intervensi pihak ketiga yang mendasar:

1.             Mediasi adalah situasi di mana pihak ketiga yang netral menggunakan penalaran, pemberian usulan, dan persuasi dalam kapasitasnya sebagai fasilitator. Para mediator ini memfasilitasi penyelesaian masalah dengan mempengaruhi bagaimana pihak-pihak yang terlibat dalam negosiasi berinteraksi. Para mediator tidak memiliki otoritas yang mengikat, pihak-pihak yang terlibat bebas mengacuhkan usaha mediasi ataupun rekomendasi  yang dibuat oleh pihak ketiga

2.             Arbitrase adalah situasi di mana pihak ketiga memiliki wewenang memaksa terjadinya kesepakatan. Robbins ( 2008 ) kelebihan arbitrase dibanding mediasi adalah bahwa arbitrase selalu menghasilkan penyelesaian.

3.             Konsiliasi  adalah seseorang yang dipercaya oleh kedua pihak dan bertugas menjembatani proses komunikasi pihak-pihak yang bersitegang. Seorang konsiliator tidak memiliki kekuasaan formal untuk mempengaruhi hasil akhir negosiasi seperti seorang mediator.

4.             Konsultasi adalah situasi di mana pihak ketiga, yang terlatih dalam isu konflik dan memiliki keterampilan penyelesaian konflik, berupaya memfasilitasi pemecahan permasalahan dengan lebih memusatkan hubungan antarpihak ketimbang isu-isu yang substantif.

BAB III

PENUTUP 

A.           Kesimpulan

Konflik adalah suatu bentuk pertentangan yang terjadi antara dua pihak atau lebih di mana salah satu pihak merasa dirugikan atau dipengaruhi secara negatif sehingga menimbulkan ketidakpuasan terhadap perilaku  pihak lain. Konflik dalam organisasi bisa terjadi dalam diri individu pegawai, antar individu, dalam kelompok, antar kelompok dan antar organisasi, baik secara vertikal maupun horizontal sebagai akibat adanya perbedaan karakteristik individu, masalah komunikasi dan struktur organisasi. Kemampuan manajemen konflik dari seorang manajer dituntut untuk mengoptimalkan semua konflik menjadi fungsional. Kegagalan dalam manajemen konflik mengakibatkan efektivitas organisasi dipertaruhkan. Terdapat tiga pandangan dalam konflik, yaitu pandangan tradisional, pandangan hubungan manusia, dan pandangan interaksionis. Proses konflik terdiri atas lima tahapan yaitu, potensi pertentangan atau ketidakselarasan, kognisi dan personalisasi, maksud, perilaku, dan akibat.

Negosiasi adalah bagian penting dalam kehidupan sehari-hari agar dapat bertahan dalam bisnis atau bidang lainnya. Dalam pelaksaaan negosiasi tidak jarang terjadi konflik yang membawa masalah tersendiri dari tingkat yang sederhana sampai masalah yang kompleks sehingga mengganggu jalannya negosiasi. Agar negosiasi berjalan dengan baik maka proses negosiasi harus mengikuti lima langkah, yaitu persiapan dan perencanaan, definisi dan aturan-aturan dasar, penjelasan dan pembenaran, tawar-menawar dan pemecahan masalah, penutupan dan pelaksanaan. Ada dua strategi dalam bernegosiasi, yaitu Negosiasidistributif dan negosiasi integratif. Terdapat perbedaan individu dalam negosiasi, antara lain peran suasana hati dan sifat-sifat kepribadian, perbedaan gender dalam negosiasi, dan efek perbedaan kultur terhadap gaya bernegosiasi. Saat bernegosiasi mengalami jalan buntu, adakalanya pihak ketiga sengaja dilibatkan sejak awal proses negosiasi. Terdapat tiga peran mendasar pihak ketiga yaitu mediator (penengah), arbitrator (wasit), dan konsiliator (perujuk).

B.            Saran

Konflik akan selalu timbul jika pandangan satu pihak berbeda dengan pandangan pihak lawan. Agar konflik dapat memberikan manfaat yang optimal dalam negosiasi dan mengurangi efek negatifnya, konflik dapat dikelola dengan melakukan pencegahan dan penanganan konflik sehingga tujuan dan sasaran dalam negosiasi dapat tercapai. Setiap konflik harus dilakukan manajemen konfliknya dengan benar agar konflik yang dihadapi dapat menimbulkan dampak positif untuk organisasi tersebut.

Sebelum melakukan negosiasi sehendaknya seorang negosiator mempelajari situasi yang ada.Pada saat melakukan negosiasi harus selalu berfokus pada tujuan awal dengan cara menerapkan strategi negosiasi kemudian harus banyak memahani proses negosiasi sehingga mampu mengatur negosiasi dan mendapatkan hasil yang positif dalam negosiasi tersebut. Keberhasilan atau kesuksesan dalam bernegosiasi juga dapat ditentukan oleh keterampilan seorang negosiator sehingga ia harus mememiliki keterampilan dalam bernegosiasi dengan pihak lawan negosiasi.

 DAFTAR PUSTAKA

 

Ivancevich, John M., Robert Konopaske, Michael T. Matteson. 2007. Perilaku dan Manajemen Organisasi Edisi 7 (2). Jakarta: Erlangga

 

Kreitner, Robert, Angelo kinicki. Tanpa Tahun. Perilaku Organisasi . Terjemahan Erly Suandy. 2005. Jakarta: Salemba Empat

 

Robbins, Stephen P. Tanpa Tahun. Perilaku Organisasi. Terjemahan Hadyana Pujaatmaka. 2002. Jakarta: PT Prenhallindo

 

Robbins, Stephen P., Timothy A. Judge. 2008. Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba Empat

 

Soetopo, Hendyat. 2010. Perilaku Organisasi Teori dan Praktik di Bidang Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

 

Sopiah. 2008. Perilaku Organisasional. Yogyakarta: Andi Offset

 

Suprihanto, John, TH. Agung M. Harsiwi, Prakoso Hadi. 2003. Perilaku Organisasional. Yogyakarta: STIE YKPN

 

https://docplayer.info/34228804-Pengaruh-konflik-terhadap-kinerja-organisasi-perusahaan-the-impact-of-a-conflict-on-the-organization-or-company-performance.html

 

https://guruakuntansi.co.id/pengertian-negosiasi/